Dalam ksiah India kuno Markandeya Purana dan Matsya Purana menceritakan pertempuran antara para raksasa
Asura yang dipimpin oleh rajanya Mahisa melawan para dewa yang dipimpin
oleh dewa Indra. Pada akhirnya pasukan para raksasa mampu mengalahkan
tentara para dewa dan mereka memproklamirkan diri sebagai penguasa
kahyangan. Brahma yang memimpin para dewa yang kalah meminta bantuan
kepada dewa Wisnu dan Siwa. Keduanya akhirnya menyanggupi. Dari
perpaduan kekuatan maha dahsyat kedua dewea utama ini maka lahirlah
dewi Durga. Kemudian para dewa menyumbang kekuatan dan senjata
andalannya kepada dewi Durga dengan harapan akan mmapu menandingi
kesaktian Mahisa dan merebut kembali kahyangan. Setelah berhasil
membunuh para tentara raksasa, Durga sendiri akhirnya menghadapi Asura
yang berbentuk seekor kerbau. Dengan bediri diatas tubuh kerbau, Durga
selanjutnya berhasil membunuhnya. Namun kemudian muncullah seorang
raksasa kecil dari tubuh kerbau yang mati tersebut, yang sesungguhnya
merupakan inti kekuatan dari kerbau sakti itu. Dan sekali lagi Durga
berhasil menaklukkannya.
Demikian gambaran sekilas tentang patung Durga yang banyak ditemukan di Jawa dan sekaligus juga sebagai salah satu patung utama dari keberadaan sebuah candi. Dewi paling popular di Jawa ini, Durga Mahesasuramardini umumnya diletakkan di ruang sebelah utara sebuah candi Hindu atau Siwa. Patung Durga umumnya memiliki tangan mulai dari 2 sampai 10, namun yang paling umum bertangan 8 buah. Karena menurut ceritanya bahwa semua dewa menyerahkan senjata andalannya untuk diprgunakan melawan Mahisa, maka dalam literature Purana jumlah senjata tersebut melebihi jumlah tangannya yang ada. Akibatnya patung Durga kadang-kadang memiliki jenis senjata berbeda dengan patung Durga yang lain. Bahkan di Bali, salah satu tangan Durga digambarkan memegang keris Bali yang khas. Namun itu hanya minoritas saja karena pada umumnya Durga memiliki atribut senjata yang sama satu dengan lainnya.
Dalam dunia arkeologi Jawa, patung Durga digambarkan seolah-olah dalam keadaan sedikit rileks setelah berhasil mengalahkan Mahisa dan Asura. Berbeda dengan patung Durga di India yang menggambarkan sebuah pertarungan dahsyat melawan Mahisa. Hal itu terlihat dari sikap atau posisinya yang sedikit condong kekiri dengan kedua kaki agak ditekuk. Keadaan Mahsia sendiri nampak pasrah dan seolah-olah merupakan binatang kendaraan Durga dan bukannya musuh para dewa yang berbentuk raksasa dan menakutkan seperti dalam konsep di India.
Dari berpuluh-puluh patung Durga yang pernah ditemukan di Indonesia, patung Durga dari candi Singosari dianggap yang paling indah dan megah. Patung yang masih tersimpan rapi di museum Leiden Belanda ini berhiaskan ukiran indah serta tinggi sekitar 1,5 meter. Hiasan pada tubuh Durga masih terlihat dengan baik demikian juga nandi (lembu) yang mejadi kendaraannya dan patung raksasa kecil disebelah kiri bawahnya.
Walau sebagian bagian atasnya sudah hilang, namun bagian yang menampilkan tubuh dan kepalanya masih utuh. Mahkotanya juga terlihat indah. Hiasan atribut keningratannya seperti gelang kaki atau binggel, sabuk, gelang tangan, dan anting-antingnya juga masih terlihat jelas.
Ada hal sangat menarik dari patung Durga ini adalah bahwa dia memakai penutup dada atau semacam kemben. Bahkan kemben tersebut terlihat ketat karena menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya. Sedangkan tubuhnya bagian bawah tertutup oleh kain panjang semacam sarung dihiasi beberapa atribut keningratan. Yang tak kalah menarik, dibanding patung-patung lain yang pernah ada di Indonesia, adalah bahwa kain kemben dan sarung tersebut bermotf batik. Apakah memang batik sudah dikenal sejak jaman kerajaan Singosari ? Mungkin saja …
Patung Durga indah lainnya dari kerajaan Singosari adalah yang dari candi jawi. Patung ini sekarang disimpan di museum Mpu tantular Surabaya. Walau tidak seindah patung Durga dari candi Singosari dan berukuran lebih kecil (1 m), patung ini masih nampak utuh. Readmore
Demikian gambaran sekilas tentang patung Durga yang banyak ditemukan di Jawa dan sekaligus juga sebagai salah satu patung utama dari keberadaan sebuah candi. Dewi paling popular di Jawa ini, Durga Mahesasuramardini umumnya diletakkan di ruang sebelah utara sebuah candi Hindu atau Siwa. Patung Durga umumnya memiliki tangan mulai dari 2 sampai 10, namun yang paling umum bertangan 8 buah. Karena menurut ceritanya bahwa semua dewa menyerahkan senjata andalannya untuk diprgunakan melawan Mahisa, maka dalam literature Purana jumlah senjata tersebut melebihi jumlah tangannya yang ada. Akibatnya patung Durga kadang-kadang memiliki jenis senjata berbeda dengan patung Durga yang lain. Bahkan di Bali, salah satu tangan Durga digambarkan memegang keris Bali yang khas. Namun itu hanya minoritas saja karena pada umumnya Durga memiliki atribut senjata yang sama satu dengan lainnya.
Dalam dunia arkeologi Jawa, patung Durga digambarkan seolah-olah dalam keadaan sedikit rileks setelah berhasil mengalahkan Mahisa dan Asura. Berbeda dengan patung Durga di India yang menggambarkan sebuah pertarungan dahsyat melawan Mahisa. Hal itu terlihat dari sikap atau posisinya yang sedikit condong kekiri dengan kedua kaki agak ditekuk. Keadaan Mahsia sendiri nampak pasrah dan seolah-olah merupakan binatang kendaraan Durga dan bukannya musuh para dewa yang berbentuk raksasa dan menakutkan seperti dalam konsep di India.
Dari berpuluh-puluh patung Durga yang pernah ditemukan di Indonesia, patung Durga dari candi Singosari dianggap yang paling indah dan megah. Patung yang masih tersimpan rapi di museum Leiden Belanda ini berhiaskan ukiran indah serta tinggi sekitar 1,5 meter. Hiasan pada tubuh Durga masih terlihat dengan baik demikian juga nandi (lembu) yang mejadi kendaraannya dan patung raksasa kecil disebelah kiri bawahnya.
Walau sebagian bagian atasnya sudah hilang, namun bagian yang menampilkan tubuh dan kepalanya masih utuh. Mahkotanya juga terlihat indah. Hiasan atribut keningratannya seperti gelang kaki atau binggel, sabuk, gelang tangan, dan anting-antingnya juga masih terlihat jelas.
Ada hal sangat menarik dari patung Durga ini adalah bahwa dia memakai penutup dada atau semacam kemben. Bahkan kemben tersebut terlihat ketat karena menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya. Sedangkan tubuhnya bagian bawah tertutup oleh kain panjang semacam sarung dihiasi beberapa atribut keningratan. Yang tak kalah menarik, dibanding patung-patung lain yang pernah ada di Indonesia, adalah bahwa kain kemben dan sarung tersebut bermotf batik. Apakah memang batik sudah dikenal sejak jaman kerajaan Singosari ? Mungkin saja …
Patung Durga indah lainnya dari kerajaan Singosari adalah yang dari candi jawi. Patung ini sekarang disimpan di museum Mpu tantular Surabaya. Walau tidak seindah patung Durga dari candi Singosari dan berukuran lebih kecil (1 m), patung ini masih nampak utuh. Readmore