Mungkin karena masih tersimpan dimuseum
Leiden Belanda, sehingga patung yang indah dan nampak seram ini jarang
dikenal orang. Patung ini ditemukan oleh Engelhard tahun 1827,
bersama-sama beberapa patung lain, dari candi yang sekarang disebut
Singosari.
Walaupun kitab-kitab icinografi India tidak memiliki referensi yang mampu menjelaskan dengan sempurna patung ini, dari penampilannya serta atribut-atributnya jelas patung ini merupakan salah satu perwujudan dewa Siwa yang menakutkan dan disebut Bhairawa. Berdiri diatas setumpukan kepala tengkorak dan dengan sikap agak jongkok, dia seperti duduk dipunggung seekor serigala. Memiliki 4 tangan yang masing-masing memegang keris, senjata tombak pendek, gendang dan batok kepala tengkorak. Pada badannya menjuntai kalung panjang berhiaskan kepala tengkorak, begitu juga anting-anting dan hiasan lengan atas kiri dan kanan. Wajahnya melotot dan mulutnya agak terbuka menampilkan gigi taringnya. Sangat pas menunjukkan wajah seramnya. Pada sandarannya sebelah atas kanan terdapat huruf jawa kuno berbunyi cakra-cakra. Sayang sedikit sandaran bagian atas kiri hilang dan mungkin berisi sisa tulisan tersebut sehingga belum terungkap dengan pasti apa makna dibalik seluruh prasasti tersebut.
Jessy Blom dan P.H. Port menduga kuat patung ini dulunya berada pada salah satu candi disebelah selatan candi Singosari yang sekarang sudah hilang jejaknya. Hal ini sesuai dengan pemberitaan kitab Pararaton tentang adanya sebuah Purwapatapan dimana raja Kertanegara biasanya melakukan upacara tantri. Menurutnya patung Bhairawa ini terletak di Purwapatan, seperti juga ditulis dalam prasasti Gunung Buthak (1924) sebagai Sivabuddhalaya atau tempat bersemayamnya Siwa-Budha, G.F. Brummund berpendapat bahwa bangunan ini terbagi atas 3 ruang. Patung Parwati (Pradnyaparamita) terletak disebelah selatan, patung Camundi disebelah utara, dan Bhirawa ditengahnya. Jadi Bhirawa ini diapit oleh seorang dewi menakutkan dan menyejukkan.
Tidak diketahui dengan pasti patung ini diperuntukkan siapa. Namun L.C. Damais berhasil meyakinkan bahwa terdapat 2 nama yang berkaitan erat dengan personfikasi patung Bhairawa ini; Yakni Adityawarman yang pernah memerintah Sumatra atau Kertawardahana yang selanjutnya dikenal sebagai istri Tribuwanatunggadewi dan ayah raja terbesar Majapahit, Hayam Wuruk. Nama asli Kertawardhana adalah Cakradhara atau Cakresvara Readmore
Walaupun kitab-kitab icinografi India tidak memiliki referensi yang mampu menjelaskan dengan sempurna patung ini, dari penampilannya serta atribut-atributnya jelas patung ini merupakan salah satu perwujudan dewa Siwa yang menakutkan dan disebut Bhairawa. Berdiri diatas setumpukan kepala tengkorak dan dengan sikap agak jongkok, dia seperti duduk dipunggung seekor serigala. Memiliki 4 tangan yang masing-masing memegang keris, senjata tombak pendek, gendang dan batok kepala tengkorak. Pada badannya menjuntai kalung panjang berhiaskan kepala tengkorak, begitu juga anting-anting dan hiasan lengan atas kiri dan kanan. Wajahnya melotot dan mulutnya agak terbuka menampilkan gigi taringnya. Sangat pas menunjukkan wajah seramnya. Pada sandarannya sebelah atas kanan terdapat huruf jawa kuno berbunyi cakra-cakra. Sayang sedikit sandaran bagian atas kiri hilang dan mungkin berisi sisa tulisan tersebut sehingga belum terungkap dengan pasti apa makna dibalik seluruh prasasti tersebut.
Jessy Blom dan P.H. Port menduga kuat patung ini dulunya berada pada salah satu candi disebelah selatan candi Singosari yang sekarang sudah hilang jejaknya. Hal ini sesuai dengan pemberitaan kitab Pararaton tentang adanya sebuah Purwapatapan dimana raja Kertanegara biasanya melakukan upacara tantri. Menurutnya patung Bhairawa ini terletak di Purwapatan, seperti juga ditulis dalam prasasti Gunung Buthak (1924) sebagai Sivabuddhalaya atau tempat bersemayamnya Siwa-Budha, G.F. Brummund berpendapat bahwa bangunan ini terbagi atas 3 ruang. Patung Parwati (Pradnyaparamita) terletak disebelah selatan, patung Camundi disebelah utara, dan Bhirawa ditengahnya. Jadi Bhirawa ini diapit oleh seorang dewi menakutkan dan menyejukkan.
Tidak diketahui dengan pasti patung ini diperuntukkan siapa. Namun L.C. Damais berhasil meyakinkan bahwa terdapat 2 nama yang berkaitan erat dengan personfikasi patung Bhairawa ini; Yakni Adityawarman yang pernah memerintah Sumatra atau Kertawardahana yang selanjutnya dikenal sebagai istri Tribuwanatunggadewi dan ayah raja terbesar Majapahit, Hayam Wuruk. Nama asli Kertawardhana adalah Cakradhara atau Cakresvara Readmore